Wednesday, 12 June 2013

Mengenal Jepang


                                                               " The Four G's "

     Donal Westmore, direktur Eksekutif American Chamber of Commerse di Jepang, mendefinisikan beberapa hal untuk menyingkap nilai-nilai budaya yang melatarbelakangi semangat orang Jepang yang luar biasa dalam bekerja mencapai kemajuan yang disebut dengan The Four G'sThe Four G'sterdiri atas 4 kata dalam bahasa Jepang, yaitu Giri, Gisei, Gaman, dan Ganbaru.
     Giri berarti kewajiban, tugas, atau keadilan. Giri adalah pondasi kode etik samurai dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya Jepang, bahkan sebelum munculnya kaum samurai. Giri mengikat dari lahir hal-hal dan tingkatan tertentu dalam bentuk kewajiban tanpa akhir orang Jepang.Giri dalam diri bangsa Jepang menanamkan kehormatan dan kebanggaan serta kesediaan mengorbankan kehidupan pribadi untuk melayani atasan atau perusahaan tempat mereka bekerja. Hal ini menimbulkan sifat kerja keras untuk memajukan perusahaan.
     Gisei berarti pengorbanan. Budaya Jepang telah membentuk karakter orang Jepang rela mengorbankan individualitas mereka demi negara, komunitas, dan keluarga. Pada masa industrialisasi di Jepang, sifat gisei ditunjukkan dengan pengorbanan untuk organisasi atau perusahaan tempat mereka bekerja. Hal ini tercermin dari jam kerja yang panjang dan rela kerja lembur tanpa tambahan gaji.
     Gaman berarti ketekunan. Kata ini sering digabungkan dengan kata lain membentuk fase gaman kurabe  yang berarti ujian ketekunan atau pertandingan ketahanan antarindividu maupun kelompok. Semangat ini terlihat dalam berbagai kehidupan masyarakat Jepang, seperti saat makan, minum, pertandingan, dan lain-lain. Pada prinsipnya, orang Jepang adalah orang yang tidak mau kalah dalam hal apapun. Mereka akan berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan kemenangan.
          Ganbaru berarti bertahan, berdiri tegak, melawan, dan tidak pernah menyerah. Kata dan turunan kata ini paling sering digunakan dalam kosakata bahasa Jepang untuk memberi semangat kepada orang lain dan diri sendiri. Intinya, orang Jepang tidak akan menyerah dalam melakukan sesuatu dan berusaha untuk terus melakukan yang terbaik sesuai kemampuan yang dimiiki.

-Membangun Mental Kaya ala Jepang-

Tuesday, 30 April 2013

Pembuatan Film "Ensiklopedia Anak Nusantara" Kompas TV


     Keunikan budaya yang ada di Desa Nehas Liah Bing , Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur ini memang tak dapat dipisahkan dari kekonsistenan suku Dayak Wehea dalam mempertahankan keaslian budaya setempat, sehingga membuat banyak orang tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai keunikan kebudayaan asli suku tersebut.
     Peran dari berbagai pihak yang melibatkan media khususnya pertelevisian, turut ambil bagian dalam mengangkat Wehea ini ke kancah nasional maupun internasional.
     Sebut saja Kompas TV yang ingin melibatkan anak-anak dalam pembuatan film “Ensiklopedia Anak Nusantara” sebagai media pembelajaran khususnya bagi anak-anak yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai budaya, aktivitas, dan juga keindahan alam Wehea, serta mengajak masyarakat dalam melestarikan lingkungan dan keragaman hayati.

                                   ****Let’s check it out****

Rahul, salah satu pemain tampak menggunakan topi khas suku Dayak Wehea. Topi ini terbuat dari rotan yang diayam serta diberi hiasan seperti manik-manik.

**You looked so cute, Hul...**


   


Film “Ensiklopedia Anak Nusantara” ini mengangkat cerita mengenai ke-6 orang anak dalam aktivitasnya sehari-hari, bergelut dengan budaya masyarakat setempat dan juga dalam pendidikannya.

     Bermain menggunakan perahu, mandi di sungai, dan menyodok ikan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan anak-anak menjelang sore hari di Sungai Wahau.

** I bet you’ll be very challenged  **




     Tim Kompas TV juga melibatkan Rumah Belajar Petsotsang Enggeh Blom Wehea sebagai sarana belajar anak-anak pada malam harinya. Ini juga menyatakan bahwa sarana belajar sangat dibutuhkan dan sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk semakin memperdalam pengetahuannya.


 Banyak hal yang bisa dipelajari di Rumah Belajar ini. Selain kegiatan akademis, anak-anak/remaja bisa ikut terlibat dalam diskusi/sharing bersama para kakak pembimbing ataupun dari orang-orang luar yang peduli dengan pendidikan dan masyarakat sehingga akan semakin menambah pengetahuan mereka dalam berbagai bidang.





*** The next day...

Perjalanan yang paling menarik dari tim ini adalah ketika mengambil lokasi di Hutan Lindung Wehea.  Studi keanekaragaman hayati di Wehea oleh Etichal Expeditions dan The Nature Conservacy menemukan bahwa hutan ini adalah rumah bagi spesies yang terancam punah seperti orangutan, macan dahan, dan beruang madu. Hutan ini juga menempati peringkat ke-3 hutan terbaik dunia setelah Hutan Lindung Negara Kepulauan Solomon dan Hutan Bolivia.
Perjalanan ke Hutan Lindung Wehea dapat ditempuh dalam waktu sekitar 4-5 jam dari Desa Nehas Liah Bing. Keadaan jalan yang ekstrem, jalanan licin dengan jurang yang curam saat memasuki hutan membuat perjalanan ini hanya dapat ditempuh menggunakan mobil double gardan.

** Very horrible trip, but fun.. (^.^)v


Pengambilan di lokasi ini bertujuan untuk mengenalkan Hutan Lindung Wehea kepada anak-anak beserta keragaman hayati yang dimilikinya. Memperkenalkan hutan sebagai paru-paru dunia dan dengan kesadaran kita, bersedia untuk terus menjaga lingkungan hidup jangan sampai dieksploitasi dan dirusak dengan cara yang tidak bertanggung jawab.










 **Visit Nehas Liah Bing Village 'n Wehea Forest soon !! (^.^)v

Rumah Belajar Petsotsang Enggeh Blom Wehea


     Rumah Belajar Petsotsang Enggeh Blom Wehea terletak di Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai  Timur, Kalimantan Timur.
Rumah Belajar ini merupakan rintisan sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang konservasi dan lingkungan hidup, The Nature Conservation, bekerjasama dengan CSR perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengelolaan kelapa sawit , PT Swakarsa Sinarsentosa.



     Di Rumah Belajar inilah saya akhirnya tinggal dan berbaur dengan masyarakat suku Dayak Wehea, dimana sebelumya saya tinggal di rumah keluarga Bapak Ledjie Taq yang merupakan Kepala Adat Desa Nehas Liah Bing dan kepala sekolah SDN I Muara Wahau selama sekitar 10 bulan.
     Rumah Belajar ini merupakan sarana yang bagus untuk dikembangkan sebagai media bagi masyarakat, khususnya anak-anak Wehea untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkan bakat mereka. Kegiatan yang ada di Rumah Belajar ini cukup beragam. Mulai dari kegiatan akademis seperti kelompok belajar, komputer, dan bahasa Inggris; kegiatan kewirausahaan seperti membuat kue untuk dijajakkan; hingga kegiatan pengembangan motivasi.

Di Rumah Belajar ini jugalah tempat kami mengadakan diskusi bersama dengan para pemerhati pendidikan dari LSM maupun orang-orang dari luar untuk ajang berbagi informasi dan pengetahuan. Dapur, merupakan tempat favorit kami. Sharing mengenai permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat dan juga mengenai  bagaimana cara dalam peningkatan kualitas pendidikan di masyarakat.
Ternyata kerjasama dari banyak pihak turut mempengaruhi keberhasilan dari Rumah Belajar ini. Mulai dari para pemuda-pemudi yang turut ambil bagian dalam kepengurusan Rumah Belajar, para tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, pihak perusahaan, dll.


Kegiatan pengembangan masyarakat lewat pendidikan khususnya dimulai dari anak-anak akan sangat berguna dalam perkembangan yang lebih baik. Membentuk karakter anak untuk diajarkan kedisiplinan, kerja keras, kemandirian, semangat belajar dan dijejali dengan pemikiran-pemikiran yang baik, akan membuka wawasan dan membentuk karakter anak sejak dini.
     Ini merupakan tugas kita bersama. Para orang tua khususnya yang memegang peranan penting dalam perkembangan anak karena pendidikan dimulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga.
Semoga Rumah Belajar ini terus tumbuh berkembang, menciptakan anak-anak yang berkualitas dan mandiri..***


***** I Miss you, my children....*****

Monday, 29 April 2013

Selamat Datang di Dunia Proyek

Anda telah begitu lama hidup dalam dunia proyek sehingga Anda dipandang mungkin lupa jika proayek dipandang sebelah mata dalam jangka waktu yang cukup lama.
     Fort Motor mengubah dunia dengan sebuah perusahaan yang dapat bertahan lebih lama dibandingkan hampir semua karyawan di perusahaan tersebut. Model T diproduksi di lini perakitan selama sembilan belas tahun. Fort berhasil menjual 15 juta mobil dengan model ini. Orang-orang yang turut meluncurkan proyek tersebut kemungkinan bukanlah orang-orang yang sama yang membuat mobil-mobil tersebut ketika proyek itu dihentikan. Tentu, proyek ini bertujuan untuk meluncurkan model mobil tersebut, tetapi pekerjaan Fort Motor yang sesungguhnya adalah memproduksi banyak mobil dengan model ini, secara terus- menerus, dan menghasilkan profit setiap saat. Proyek peluncurannya benar-benar gila, tetapi bisnis mereka yang sesungguhnya adalah manufaktur berskala besar.
     Pikirkan organisasi-organisasi yang pernah Anda temui, yang pernah terlibat transaksi dengan Anda, atau yang menjadi tempat kerja Anda. Sebagian besar dari perusahaan-perusahaan itu (jika mereka berhasil bertahan lebih dari satu atau dua dekade) mendasarkan produksi mereka pada model skalabilitas lini perakitan ini. Sistem adalah sistem; jangan mengacaukannya.
     Sekarang, pikirkan tentang organisasi-organisasi yang lebih baru, yang sedang tumbuh dan berpengaruh. Pikirkan mengenai Apple,Google, tim sutradara James Cameron, Ideo, Pixar, dan Electronic Arts. semua itu adalah organisasi-organisasi yang berpusat pada proyek. Masing-masing dari organisasi yang berpusat pada proyek. Masing-masing dari organisasi ini terdiri dari beberapa kelompok orang yang berkomitmen dalam menjalankan proyek.
     Tidak ada proyek, tidak ada organisasi. Menggampangkan sesuatu bukanlah pilihan karena proyek tidak akan  bertahan selamanya. Orang-orang tidak kemana-mana, sikap mereka tidak berubah, tetapi proyek perlu diperbaruhi. Setelah sebuah proyek diwujudkan, tidak ada pekerjaan yang bermanfaat hingga seseorang memulai sebuah proyek baru.
     Saat organisasi-organisasi mulai bersatu dalam mengerjakan proyek, mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan : ternyata, memulai adalah bagian yang lebih sulit dari kelihatannya.
     Bagaimana menemukan dan memilih serta memegang erat (atau membuang) ide-ide, bagaimana memilih dan memprediksi serta meramalkan masa depan sebuah proyek-semua ini adalah tugas yang sulit.
     Dan semua itu dimulai dari pemrakarsa, orang yang memulai sesuatu.

-Seth Godin-

Medan


Transportasi
Pilihan perjalanan dari Jogjakarta ke Medan dapat juga ditempuh menggunakan jalur udara. Dari Bandara International Adisucipto Jogjakarta ada beberapa pilihan transit yaitu di Bandara International Hang Nadim Batam, Bandara International Sultan Syarif Kasim IIPekanbaru, dan Bandara International Soekarno-Hatta Jakarta. Saya memilih melewati Jakarta karena waktu yang lebih singkat dan biaya yang lebih murah yang bisa ditempuh kurang lebih 1 jam 10 menit. Perjalanan dari Jakarta ke Bandara International Polonia Medan ditempuh kurang lebih 2 jam 20 menit.

Icon Kota Medan
Menara Air Tirtanadi merupakan icon Kota Medan yang tak boleh Anda lewatkan.  Terletak di persimpangan Jl. Sisingamangaraja 1, tidak jauh dari Soeichi International Hotel. Gaya arsitek bangunannya masih kekhasan bangunan Belanda yang unik. Beberapa bangunan yang sangat dekat dengan menara, menjadikan menara ini bukan lagi sebagai Landmark Medan kota Medan sekarang ini, karena terlalu padat rumah yang berada di sekitar area menara. Namun objek wisata yang satu ini masih berdiri kokoh, dan dimanfaatkan oleh masyarakat Medan untuk memenuhi kebutuhan air mereka, dan juga sebagai icon kota Medan hingga sekarang.





Merdeka Walk
Berbicara mengenai Medan tidak bisa lepas dari kulinernya. Sangat disayangkan jika anda melewatkan tiap menu masakan yang ada. Penduduk yang beraneka ragam mulai dari penduduk asli Medan yaitu Melayu, masih ada dari suku Batak, Jawa, Thionghua, dan juga India menyebabkan sajian kuliner di Medan begitu beragam.
Merdeka Walk merupakan tempat jajan berkonsep outdoor. Tempat ini sangat ramai di malam hari dan merupakan salah satu tempat nongkrong anak muda Medan. Jadi kalau Anda berkunjung ke Medan sempatkan untuk mengunjungi tempat yang satu ini. Disini Anda bisa menikmati pancake durian yang sangat populer di Medan. Cake ini terbuat dari dari buah durian tanpa biji dan dibalut dengan dadar tipis, so yummy!

                                    




Sunday, 28 April 2013

Ego dan Proyek Anda

Entah sejak kapan, ego menjadi sebuah kata bermakna buruk. Padaha,l sesungguhnya tidak demikian.
     Ketika nama kita tercantum dalam sebuah produk, ego mendesak kita untuk melewati bagian tersulit dan bahkan mendorong kita untuk melakukan pekerrjaan lain yang lebih baik. Ego mendorong kita untuk mendapatkan penerimaan dari orang lain, membuat perbedaan, dan mendobrak batasan-batasan. Jika ego tidak menjadi penggerak kunci dalam proses tersebut, maka pekerjaan besar yang kreatif akan menjadi tidak menarik. Padahal tidak begitu.
     Tidak apa-apa. Biarkan ego mendorong anda untuk menjadi sang pemrakarsa.
     Namun, beritahu pada ego anda bahwa cara terbaik untuk mewujudkan sesuatu adalah dengan membiarkan orang lain yang mendapat pujian. Kemenangan yang sesungguhnya bagi anda (dan ego anda) adalah menyaksikan sesuatu yang diwujudkan, bukan mendapat pujian ketika sesuatu diwujudkan.
-Seth Godin-
   

Naps.google.com

Apa yang membedakan antara lima tahun terakhir di Google dengan lima tahun terakhir di semua perusahaan lain yang dianggap sebagai bisnis baru yang sukses? Bandingkan dengan eBay, Yahoo!, Netscape, atau About.com.
       Sederhana: Setelah inovasi bisnis awal mereka terbukti sukses, Google mengabaikan Wall Street. Alih-alih hanya memaksimalkan hasil dari strategi, mereka harus berinvestasi (sebagian orang menyebutnya investasi yang berlebihan, tetapi mereka salah) dalam sejumlah perangkat, proyek, dan cara baru yang dapat membuat orang-orang tetap saling terhubung serta berinteraksi.
      Sebagian besar prakarsa gagal. Tapi itu bukan masalah. Setidaknya, Google tak surut langkah.
-Seth Godin-